Minggu, 16 Juni 2013

Sepuluh Pentung

Sore menjelang maghrib ini gue habiskan dengan membaca novel lama. Sebenarnya ini gara-gara gue lagi bete dan bosen dan agak malas mengerjakan "tugas" yang belum selesai. Well, gue udah sampe di bab 13 sekarang. Oh iya, novel ini judulnya "Negeri 5 Menara" karya Ahmad Fuadi. Sebenarnya sih gue udah baca, tapi boamlah gue baca lagi aja wkwkwkwk. Di post kali ini, gue mau nyeritain bab 13 itu. Entah tapi gue merasa harus nge-post cuplikan bab itu di blog ini. Okaay capcuuusss!

**

       Ustad Salman masuk kelas suatu malam dengan membawa setumpuk buku tebal. "Malam ini kita akan habiskan waktu untuk keliling dunia," katanya dengan senyum lebar 10 sentinya.
       "Malam ini tidak ada yang baca buku pelajaran. Tapi saya akan bacakan kepada kalian potongan kehidupan tokoh-tokoh ini," katanya sambil memamerkan buku "Mandela: The Biography", "BJ Habibie, Mutiara dari Timur", "Bung Hatta, Pribadinya dalam Kenangan", "Marthin Luther King, Jr: Stride Toward Freedom", dan "Mohammed, the Man of Allah".
       Kami bersorak gembira. Hanya Baso yang aku lihat tidak begitu antusias karena sedang asyik dengan dengan buku Durusul Lughoh-nya. Sedangkan bagi kebanyakan kami, setiap tawaran untuk tidak membaca buku pelajaran selalu menyenangkan.
       Selama sejam dia membuka buku-buku ini di halaman yang sudah dilipat, membacakan potongan berbagai kisah penuh inspirasi dari para tokoh, dan mengulasnya untuk mencocokkan dengan konteks kami. Hasilnya, malam ini kami kehilangan kantuk dan hanyut dengan semangat yang meletup-letup. Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif untuk terus memantik api potensi dan semangat kami.
       Di saat kami merasa dihantui kakak keamanan, tegang karena belum mengisi karcis jasus, pusing dengan banyak hapalan, dan berbagai urusan lainnya~dia membebaskan kami. Dia membawa kami ke ranah berpikir masa depan. Menuntun kami untuk berani mengeksplorasi cita-cita setinggi langit. Sehingga kami sejenak bisa melupakan tekanan hari itu.
       "Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup," pidatonya dengan semangat berapi-api.
       Kalau sudah begini, Said yang juara ngantuk di kelas kami menjelma menajdi seekor singa yang siaga dan siap menerkam. Kepalanya digeleng-gelengkan berkali-kali. Jari-jari yang kekar mencengkeram kopiahnya sampai remuk. Dia telah terbawa arus.
        "Misi yang dimaksud adalah ketika kalian melakukan sesuatu hal positif dengan kualitas sangat tinggi dan di saat yang sama menikmati prosesnya. Bila kalian merasakan sangat baik melakukan suatu hal dengan usaha yang minimum, mungkin itu adalah misi hidup yang diberikan Tuhan. Carilah misi kalian masing-masing. Mungkin misi kalian adalah belajar Al-Quran, mungkin menjadi orator, mungkin membaca puisi, mungkin menulis, mungkin apa saja. Temukan dan semoga kalian menjadi orang yang berbahagia," katanya berfilsafat.
       "Akhi, tahukah kalian apa yang membuat orang sukses berbeda dengan orang biasa?" tanya Ustad Salman bertanya retoris.
       "Menurut buku yang sedang saya baca, ada dua hal yang paling penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Kalau orang belajar 1 jam, dia akan belajar 5 jam, kalau orang berlari 2 kilo, dia akan berlari 3 kilo. Kalau orang menyerah di detik ke 10, dia tidak akan menyerah sampai detik 20. Selalu berusaha meningkatkan diri lebih dari orang biasa. Karena itu mari kita budayakan going the extra miles, lebihkan usaha, waktu, upaya, tekad dan sebagainya dari orang lain. Maka kalian akan sukses," katanya sambil menjentikkan jari.
       "Resep lainnya adalah tidak pernah mengizinkan diri kalian dipengaruhi oleh unsur di luar diri kalian. Oleh siapapun, apapun, dan suasana bagaimana pun. Artinya, jangan mau sedih, marah, kecewa, dan takut karena ada faktor luar. Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar. Kalian punya pilihan di lapisan diri kalian paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya dengan pengaruh luar," katanya lebih bersemangat lagi.
       "Pernah masuk mahkamah dan dapat hukuman?" tanya Ustad Salman. Banyak yang angkat tangan, termasuk aku.
       "Nah, apakah kalian marah, takut, kesal, benci, atau malah semakin kuat?"
       Banyak yang menjawab takut dan kesal. Ustad Salman mengangguk-angguk sebelum meneruskan.
       "Jangan biarkan bagian kemanan mengancurkan mental terdalam kalian. Jangan biarkan diri kalian kesal dan marah, hanya merugi dan menghabiskan energi. Hadapi dengan lapang dada, dan belajar darinya. Bahkan kalian bisa tertawa, karena ini adalah gangguan sementara."
       "Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun. Karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai hati pemiliknya, adalah hati orang sukses," tandasnya dengan mata berkilat-kilat.
**

Dan begitulah cuplikan bab 13 yang berjudul "Sepuluh Pentung". Hehehehe itulah mengapa kenapa post kali ini berjudul "Sepuluh Pentung". Semoga bermanfaat yaa, dan terima kasih telah membaca! ^^

2 komentar:

  1. Eh mantra yg satu lagi apasih? .__.

    Kan ada "Man jadda, wa jadda." trus "Man shabara zhafira." yg satu lagi lupa-__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Man sharo ala dhorbi wa shola atau apalah itu tulisannya-___-. Pokoknya artinya "Barang siapa yang berjalan pada jalannya maka dia akan sampai" (?). Belum tua udah pikun-_-, gedenya gimana bos.... *oke ini dalem*
      Lo tau gue typo mulu bales komentar lo yang ini -____-

      Hapus